Logo POSIND

About Us

Products

Media & Information

Business Partnership

PPID

Contact Us

Museum Pos Indonesia

Kebijakan Privasi PosIND

Cara Komunitas Postcrossing Indonesia Hidupkan Kartu Pos

Thumbnail News Cara Komunitas Postcrossing Indonesia Hidupkan Kartu Pos

Iin sudah mengumpulkan ratusan kartu pos dari berbagai negara.

Semuanya bermula dari hobi. Paling tidak itulah yang dialami oleh wanita berhijab yang tinggal di Rancaekek, Bandung, Jawa Barat ini, saat ditanya awal dia bergabung dalam komunitas tukar menukar kartu pos global alias Postcrossing.

Wanita itu adalah Iin Irawati, 52 tahun. Ia kerap disapa Teh Iin di Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI). Ia sekarang menjadi salah satu admin di Facebook Komunitas Postcrossing Indonesia dan Instagram Postcrossing ID (@idpostcrossing).

“Karena ini komunitas, tidak ada jabatan Ketua dan Sekjen. Yang ada hanyalah Admin. Admin ini berperan seperti koordinator yang mengatur pertemuan atau Meet Up anggota komunitas di daerah atau secara nasional,” paparnya.

Menurutnya, admin Facebook komunitas itu kini ada 10 orang. Sedangkan admin Instagram ada tiga orang. Iin juga didapuk menjadi salah satu admin Whatsapp Grup (WAG) Komunitas Postcrossing Indonesia di Bandung yang beranggotakan 70 orang.

Iin lalu menceritakan awal dirinya bergabung di komunitas itu.

Pada masa mudanya, Iin mengaku memang memiliki hobi mengoleksi prangko atau filateli. Hal itu dia lakukan sejak duduk di bangku sekolah menengah. Ia mengoleksi prangko dalam buku khusus yang dia simpan baik-baik.

Namun, pada tahun 2010, hobinya bertambah. Ia mulai senang mengoleksi kartu pos. Pada saat itu dia tergabung di sebuah grup tempat tukar-menukar kartu pos di Facebook. Anggota di Facebook itu tidak cuma dari Indonesia, tapi belahan dunia lain seperti Jerman, Perancis dan Amerika Serikat.

Di Facebook itu, mereka saling memperlihatkan koleksi kartu pos yang mereka memiliki. Kalau ada yang tertarik, dia lalu menawarkan koleksi miliknya untuk diajak saling tukar. Lalu terjadilah pertukaran kartu pos.

“Sampai suatu ketika ada kawan di Jerman bilang apakah kamu ikut Postcrossing? Ini sedang tren di sini. Kamu bisa mendaftar di www.postcrosing.com. Di sini juga sama, saling tukar-menukar kartu pos. Dan kamu bisa terima dari negara dan orang yang belum kamu kenal,” ujar kawannya yang orang Jerman itu.

Iin mulai tertarik. Ia pun mendaftar dan membuat akun di Postcrossing.

Postcrossing adalah proyek online yang memungkinkan anggotanya mengirim dan menerima kartu pos dari seluruh dunia. Tagline proyek ini adalah "kirim kartu pos dan terima kartu pos kembali dari orang acak di suatu tempat di dunia!"  Anggotanya, juga dikenal sebagai postcrosser, yang mengirim kartu pos ke anggota lain dan menerima kartu pos kembali dari postcrosser acak lainnya.

Postcrossing adalah gabungan dari kata "postcard" dan "crossing". Namun, "persimpangan" atau pertukaran kartu pos ini bekerja dengan cara yang berbeda.

Seorang anggota diminta mengirimkan kartu pos ke postcrosser lain dan menerima kartu pos kembali dari postcrosser acak. Proyek ini sepenuhnya gratis dan siapa pun yang memiliki alamat dapat membuat akun. Kartu pos dan ongkos kirim untuk mengirimkannya adalah tanggung jawab masing-masing pengguna.

Pada Oktober 2022, Postcrossing sudah memiliki lebih dari 803.197 anggota yang tersebar di 208 negara. Tahun ini mereka telah saling bertukar lebih dari 68 juta kartu pos yang telah menempuh jarak lebih dari 308 miliar kilometer atau 8 juta kali lebih keliling bumi.

***

SEJAK diperkenalkan oleh temannya di Jerman, maka mulai tahun 2010 itu Iin mulai aktif di Postcrossing. Pada saat awal dia diminta Postcrossing mengirim kartu pos ke lima orang berbeda yang tersebar di negara-negara berbeda. Setelah dua bulan, dia menerima lima kartu pos dari negara-negara berbeda dan pengirimnya tak dia kenal. Jadi, menurutnya, hobi baru ini asyik dan menarik.

Tapi pada tahun 2013 dia sempat tidak aktif di Postcrossing. Ini karena sebagai ibu muda dan juga karyawati perusahaan swasta, dia disibukkan mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Jadi dia sempat berhenti aktif.

Pada tahun 2017, setelah anak-anaknya beranjak besar, dia kembali aktif di Postcrossing. Masalahnya dia lupa password masuk ke akun lamanya di www.postcrossing.com. Karena lama tak dipakai. Akhirnya terpaksa dia membuat akun baru, dan kembali memulai.

Ia pun kemudian juga aktif di Komunitas Postcrossing Indonesia. Di situ dia mendaftar sebagai anggota Facebook Komunitas Postcrossing Indonesia. Dan belakangan dia menjadi admin di situ.

Tapi dia mengakui ada keluhan dari postcrosser, atau anggota postcrossing biasa disebut, terutama dari kalangan milineal yang tidak akrab dengan Facebook. Maka lahirlah Instagram Postcrossing ID (@idpostcrossing) bagi milineal yang lebih terbiasa melihat Instagram.

Komunitas Postcrossing Indonesia adalah sebuah komunitas yang merupakan anggota dari sebuah situs online Postcrossing, yang memiliki jaringan ke seluruh dunia untuk mengirimkan, menerima dan mengkoleksi kartu pos antar anggotanya.

Anggota Postcrossing dari Indonesia yang telah bergabung sebanyak 8.569 anggota. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke 31 di Postcrossing dalam jumlah pengiriman kartu pos dengan total jumlah pengiriman sebanyak 300.170 kartu pos.

Seiring dengan makin banyaknya postcrosser dari Indonesia maka pada September 2011 dibuatlah sebuah grup di Facebook yang dinamakan Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI) yang anggotanya pada saat ini berjumlah 3.217 orang.

“Pertemuan nasional terakhir terjadi pada tanggal 15 Oktober 2022 di Kantor Pos Solo. Saat itu yang hadir 40 orang postcrosser dari 20 kota. Mereka datang dengan biaya dan akomodasi sendiri,” ujarnya.

Para postcrosser itu datang dari kota Jakarta, Surabaya, Bandung, Magelang, Semarang, Sukoharjo, Sidoarjo, Cimahi, Karawang, Kendal, Nganjuk, Klaten, Boyolali, Tangsel, Bantul, Yogyakarta, Cirebon, Bogor, Banjarmasin, Balikpapan,  di luar Solo sebagai tuan rumah.

Momen pertemuan nasional itu digunakan mereka juga untuk merayakan hari jadi Komunitas Postcrossing Indonesia yang ke-11.  Tanggal kelahiran resmi Komunitas Postcrossing Indonesia adalah tanggal 21 September 2011. Namun karena kesibukan anggota, maka perayaan ulang tahun ini diundur pada tanggal itu. 

Pada hari itu di Kantor Pos Solo, juga bertepatan saat Pos Indonesia meluncurkan Digitalisasi Layanan Pos Universal atau LPU, Sabtu 15 Oktober 2022. Dari PT Pos salah satu yang hadir adalah Direktur Kurir dan Logistik PT Pos Indonesia (Persero), Siti Choiriana.

Pos Indonesia selama ini memang merupakan penyelenggara pos yang ditunjuk pemerintah untuk menjamin terselenggaranya Layanan Pos Universal atau LPU. Layanan ini memungkinkan masyarakat mengirim serta menerima kiriman dari suatu tempat ke tempat lain di dunia. Pemerintah mewajibkan adanya pengukuran kinerja waktu tempuh kiriman LPU di wilayah Indonesia.

“Guna menjawab tantangan ini dan sejalan dengan program transformasi perusahaan, Pos Indonesia menggunakan barcode bagi seluruh kiriman LPU yang beredar di Indonesia. Kiriman berprangko kini bisa terlacak keberadaannya melalui website posindonesia.co.id,” kata Siti Choiriana di acara tersebut.

Salah satu contoh kiriman LPU yang banyak digunakan di Indonesia ialah kartu pos. Penggunanya adalah para filatelis dan postcrosser, terutama  kiriman dari dan  untuk ke luar negeri. Penempelan barcode kiriman LPU dari dalam negeri dilakukan di kantor pos kirim, sedangkan penempelan barcode kiriman LPU yang diterima dari luar negeri dan belum diberi barcode oleh negara asal akan dilakukan di International Processing Center (IPC) di Jakarta  sebagai gateway impor.

Seiring dengan transformasi yang dilakukan Pos Indonesia, maka diluncurkan pembaruan pada proses operasi kiriman surat pos LPU. Aplikasi loket ini di antaranya dapat digunakan untuk menentukan besaran tarif prangko yang digunakan saat pengiriman surat maupun kartu pos. “Aplikasi juga terintegrasi dengan aplikasi Custom Declaration System (CDS) untuk kiriman tujuan luar negeri, agar sesuai dengan ketentuan  domestik dan internasional,” kata Ana, sapaan akrapnya.

Peluncuran Digitalisasi LPU ditandai dengan pengiriman kartu pos menggunakan sticker barcode dan Aplikasi kiriman Suratpos LPU yang baru oleh 6 orang anggota Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI). Kartu pos itu ditujukan kepada anggota postcrossing dunia yang berada di Portugal, USA, dan United Kingdom.

Untuk menampung aspirasi dari para filatelis dan postcrosser, dalam kegiatan ini, PT Pos Indonesia juga memperkenalkan barcode dengan material baru.

Barcode ini dinilai lebih bersahabat dengan para filatelis dan postcrosser karena terbuat dari bahan yang removeable atau gampang dilepas, sehingga tidak merusak permukaan kartu pos dan prangko saat dilepas.

Launching juga turut dihadiri oleh perwakilan filatelis dan Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI) dari seluruh Indonesia yang tengah mengadakan pertemuan untuk merayakan Hari Ulang Tahun yang ke-11.

Pada saat itu, Iin juga hadir di acara itu. Ia mengaku senang dengan barcode baru yang dibuat oleh Pos Indonesia. Sebab, menurutnya dia banyak menerima komplain dari penerima kartu pos Indonesia di luar negeri bahwa barcode yang lama susah dilepas. “Kalaupun dilepas, akhirnya prangko atau permukaan kartu posnya malah robek,” ujar Iin.

Maka, sejak tahun 2020, atau dua tahun Iin dan komunitasnya berulang kali komplain dan mengirim surat resmi ke Pos Indonesia. Mereka merasa malu dengan postcrosser yang ada di negara lain. Karena mereka yang menerima kartu pos dari Indonesia, biasanya barcode-nya susah dilepas. Dan bila dipaksa dilepas, maka prangko atau permukaan kartu pos akan terkelupas dan robek.

Komplain dari luar negeri itu sudah lama. Dan sering. Sehingga postcrosser dari Indonesia kerap merasa malu saat mendapat komplain. Namun Iin senang akhirnya aspirasi mereka didengar Pos Indonesia.

Bukan hanya itu. Iin mengaku dia juga sempat dipanggil ke Kantor Pusat Pos Indonesia di Bandung untuk melihat uji coba barcode yang baru.

Iin menjadi saksi mata barcode itu sekarang mudah dilepas dan tidak merusak prangko atau kartu pos saat dicopot. “Padahal saya menariknya cukup keras,” kata Iin mengenang.

Ia senang akhirnya Pos Indonesia menerima masukan dan mau mengubah material barcode agar lebih bersahabat bagi filatelis dan pengoleksi kartu pos di luar negeri yang menerima kartu pos dari Indonesia.

***

PERKEMBANGAN teknologi komunikasi memang membuat berkirim kabar kini tidak lagi perlu menunggu waktu lama. Pesan bisa dikirim dan diterima pada waktu yang sama.

Komunikasi jarak jauh juga semakin berkembang dengan semakin lazimnya kepemilikan telepon, Internet, dan kini telepon pintar.

Lantas, masih adakah yang orang yang mengirim kabar melalui surat? Vice President Performance, Business Planning & Fulfillment Management PT Pos Indonesia (Persero) Heri Nugrahanto mengatakan, sejak kehadiran surat elektronik (e-mail) industri surat-persuratan memang mengalami distraksi yang luar biasa.

Namun dia melihat realitas  berbeda dengan kartu pos. Mengenai nasib kartu pos di era digital seperti sekarang ini, Heri menyebutnya sebagai sebuah fenomena yang unik.

Dengan fenomena Postcrossing, Heri menilai, “kartu pos dan prangko tidak akan pernah mati,” ujarnya yakin.

“Sekarang anggota Postcrossing di seluruh dunia sudah hampir satu juta. Coba bayangkan,” imbuhnya. Dengan jumlah komunitas sebanyak itu, Heri percaya kartu pos akan tetap eksis dan prangko juga akan tetap dicetak karena akan terus dibutuhkan.

Kebetulan, Heri juga adalah anggota Postrcrossing atau biasa disebut postcrosser. Heri mengaku mulai bergabung dengan Postrcrossing pada tahun 2016.

Ia juga aktif terdaftar di Grup Whatsapp Grup KPI Bandung tempat Iin menjadi admin. Ia juga bergabung dalam Facebook Komunitas Postcrossing Indonesia.

Heri mengakui latar belakang profesi posscrosser di Indonesia memang amat beragam. “Tapi semua atribut kita lepas saat bertemu. Yang menyatukan kita adalah kecintaan kita pada kartu pos,” tambah Heri.

Salah satu alasan memilih bergabung dalam Postcrossing karena dia pernah datang pada acara pertemuan atau meet up Komunitas Postcrossing Indonesia yang digelar di Yogyakarta tahun 2016. Heri langsung jatuh hati pada komunitas itu dan akhirnya bergabung. “Alasan saya bergabung dengan Postcrossing karena saya suka berteman,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, ketika dia pergi ke Batam, dia tinggal bertanya ke Whatsapp Grup siapa postcrosser yang tinggal di sana. Dan akhirnya antara dia dan postcroser yang tinggal di Batam akhirnya bertemu. Begitu juga bila dia pergi ke kota lain. “Sungguh asyik,” ungkapnya.

Sebagai pejabat PT Pos Indonesia, Heri juga mengaku dia juga menjadi jembatan ketika Komunitas Postcrossing Indonesia mulai komplain soal material barcode yang susah dilepas. Keluhan itu datang dari postcrosser luar negeri yang menerima kiriman kartu pos dari postcrosser Indonesia.

“Saya menjadi bridge atau jembatan kawan-kawan komunitas dengan managemen PT Pos,” ujarnya.

Ia juga yang mengatur pertemuan antara Komunitas Postcrossing Indonesia dengan pimpinan Pos Indonesia. Dan, Heri gembira pada akhirnya Pos Indonesia mengubah material barcode menjadi material yang gampang dilepas tanpa merusak prangko atau kartu pos.

Heri dan Iin Irawati memang telah menemukan rumah bagi hobinya mengumpulkan kartu pos. Melalu Komunitas Postcrossing Indonesia, mereka akan selalu berharap akan ada kartu pos baru dari negara asing yang tiba di kotak surat mereka. Jadi, bila masih penasaran, setiap pembaca dipersilakan mengikuti jejak mereka. (*)

 

Pos Indonesia Logo

Follow PosIND

  • Icon Facebook
  • Icon Instagram
  • Icon Twitter
  • Icon TikTok
  • Icon YouTube
© PT Pos Indonesia (Persero) 2023